Jalan Niu Jie di mana Masjid Niujie berdiri, berarti jalan sapi. Dinamakan jalan sapi karena di kawasan ini dikenal dengan kedai-kedai muslim yang menjual makanan berbahan daging sapi yang lezat. Ini adalah kawasan muslim Beijing, didominasi oleh bangunan toko dan restoran bercat hijau.
Seperti umumnya, disekitar masjid relatif mudah menemukan restoran halal. Saya memilih makan malam di restoran kecil di Nanheng West Street, masih terbilang kawasan Niujie, untuk makan malam pada hari pertama dan hari terakhir di Beijing. Di restoran ini koki dan kasir pria menggunakan tutup kepala khas Muslim Tionghoa, sedangkan pelayan wanita menggunakan kerudung seperti perempuan muslim di Asia Tenggara.
Komunikasi adalah hal yang sangat menantang di Beijing. Sebagian besar warga Beijing tidak bisa berbahasa Inggris dan tidak bisa membaca tulisan latin. Di restoran, saya hanya mengira-ngira makanan yang akan saya pesan berdasarkan gambar di buku menu - tanpa keterangan dalam bahasa Inggris, hanya tulisan beraksara Tionghoa.
Pada hari pertama saya memesan mie rebus yang tampilannya seperti mie ayam di Indonesia, sepertinya menggunakan daging sapi atau domba.
Pada hari kedua saya memesan mie rebus yang tampilannya berbeda dengan yang pertama, sepertinya menggunakan jeroan sapi atau domba. Saya juga memesan burung bakar - mungkin burung dara.
Karena mie rebus tadi belum membuat saya kenyang, saya memesan lagi nasi dan masakan daging - mungkin daging domba - mirip semur kalau di Indonesia. Alhamdulillah, setelah setiap hari sarapan dan makan siang seadanya (karena terbatas pilihan halal) di hotel, makan malam di restoran halal ini benar benar melepas selera. Lezat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar