Minggu, 16 September 2012

Market Day di Sekolah Hana

Kita terlalu sering mengajarkan anak-anak mengkonsumsi barang atau jasa. Terutama masyarakat perkotaan, setidaknya sekali dalam sebulan (bahkan bisa lebih) orang tua biasa mengajak anak-anak ke pusat perbelanjaan. Tapi pernahkah kita mengajarkan anak-anak menjadi produsen barang atau penyedia jasa? Pertanyaan yang sangat mendasar saya rasa. Kekuatan ekonomi suatu negara ditentukan oleh seberapa banyak mereka memproduksi dan mengekspor barang (lihatlah China dan India) atau menjual jasa (Singapore sebagai contoh).

Bagi orang tua pengusaha atau wirausaha, mungkin relatif mudah mengajarkan anak-anak mereka entrepreneurship. Tapi bagi orang tua yang bekerja sebagai karyawan atau orang gajian, tidak terlalu mudah untuk mengajarkan entrepreneurship kepada anak-anak. Alhamdulillah, sekolah anak saya menjadikan isu entrepreneurship sebagai salah satu tema yang menjadi materi pembelajaran. Hebatnya lagi, tidak sekadar teori di dalam kelas, tetapi anak-anak sejak usia dini sudah diajarkan merencanakan, memproduksi dan memasarkan produk. Konsep pembelajaran entrepreneurship ini dikemas dalam kegiatan tahunan yang dinamakan "Market Day".

Untuk menjual produknya di Market Day, siswa merencanakan sendiri barang apa yang akan mereka produksi dengan tema yang disepakati bersama teman-teman sekelas. Misalnya Market Day tahun 2010 ini temanya adalah Go Green. Anak-anak harus memproduksi sendiri barang-barang yang ramah lingkungan.

Walaupun yang menjadi pembeli adalah orang tua yang diundang khusus datang ke sekolah, setidaknya anak-anak mengalami sendiri bahwa menjadi pengusaha itu asyik!

Minggu, 09 September 2012

Masih seperti dulu...

Masih seperti dulu. Penggalan syair lagu "Yogyakarta" kelompok Kla Project tidak pernah hilang dari ingatan. Lagu itu menggambarkan suasana Yogyakarta yang sangat khas. Ini lah salah satu sudut Yogyakarta itu. Masih seperti dulu! Tahun 1992, setiap melewati trotoar Hotel Mutiara di Jalan Malioboro aku selalu melihat seorang pemuda penyandang tuna netra memainkan Angklung, usianya sekitar 30 tahunan. Mungkin dia sudah berkesenian di sana beberapa tahun sebelumnya. pekan lalu, tahun 2012, dua puluh tahun kemudian, ketika kembali melalui jalan itu lagi, aku masih menemukan dia, dengan setia memainkan alat musik angklung, tak ada yang berubah, masih seperti dulu....hanya usianya yang beranjak senja.

Minggu, 02 September 2012

Kota Bersejarah Wageningen

Wageningen adalah kota bersejarah yang terletak di bahagian tengah negeri Belanda. Kota ini juga kota pelajar tempat Wageningen University , perguruan tinggi dengan spesialisasi ilmu pertanian dan ilmu hayati (seperti IPB di Indonesia). Kota kecil ini hanya berpenduduk 37000an jiwa, lebih dari seribunya adalah mahasiswa. Selain dikenal sebagai kota pelajar, Wageningen juga dikenang perannya pada akhir perang dunia ke-2. Wageningen merupakan tempat menyerahnya Jenderal Jerman Johannes Blaskowitz kepada Jenderal Kanada Charles Foulkes. Pada tanggal 5 May 1945 para Jenderal itu merundingkan syarat-srarat penyerahan di Hotel de Wereld, dan secara resmi ditandatangai pada tanggal 6 May 1945 di Aula the Landbouwhogeschool (sekarang Wageningen University) yang berlokasi di sebelah hotel. Setiap tahun, 5 May diperingati sebagai Liberation Day di Belanda. Di depan Hotel de Wereld dibangun Monument for Liberty.
Wageningen juga dikenal dengan Food Valley karena merupakan daerah penghasil pangan. Kincir angin (Windkorenmolen) "De Vlijt" yang merupakan kilang penggiling tepung abad ke-19 masih dapat dijumpai di pusat kota. Dari lantai atas kilang dapat dilihat proses penggilingan, yang dibuka gratis untuk umum setiap hari Sabtu. Kilang dilengkapi toko di lantai bawah yang menjual bahan bahan pembuat roti.

Senja Musim Panas di Maastricht

Selasa, 28 Agustus 2012

Pecel Lele Belanda

Nama masakan ini adalah "Limburgse forel met amandeltjes geserveerd met frites en garnituur van warme groenten" yang artinya kira-kira adalah Ikan Forel a la Limburg yang disajikan dengan sayuran hangat. Terlalu panjang dan ribet mengucapkannya, mungkin lebih baik disingkat "Pecel Lele Belanda". Ada beberapa masakan khas Limburg (provinsi tempat kota Masstricht berada). Karena alasan kehalalan saya mencoba hidangan ikan. Restoran yang menyajikan makanan ini adalah Buvette ‘t Piepenhoes. Berlokasi di Maastrichter Brugstraat 2, ditepian Sungai Maas persis di dekat jembatan megah dari abad ke-13 yang bernama St. Servaas dan merupakan salah satu kebanggaan kota Maastricht. Menikmati hidangan has Limburg sambil memandang pemandangan kota tua Maastricht saat senja musim panas. Sungguh senja yang indah.

Kamis, 23 Agustus 2012

Idul Fitri @ Maastricht

Aku sudah bermimpi untuk ikut simposium ke-13 tahun 2012 di Maastricth sejak simposium ke-12 tahun 2009 di Durban...dan akhirnya mimpi itu menjadi kenyataan. Abstractku diterima oleh Scientific Committe dan ada donor yang bersedia memberikan sponsor. Sangat excited! Sampai-sampai lupa memeriksa kalender, dan baru sadar kemudian ternyata jadwalku presentasi di simposium adalah 20 Agustus, berarti harus sudah tiba di Maastricht paling lambat 19 Agustus dan itu berarti merayakan Idul Fitri sendirian di Belanda! Sama sekali tak terpikirkan tentang menu makanan untuk merayakan Idul Fitri. Setelah perjalanan dengan kereta api sekitar 4 jam dari Schiphol Intnl Airport, akhirnya tiba di Stasiun Maastricht sekitar pukul 11 pagi. Niatnya mencari salad dan roti di convenience store stasiun untuk mengganjal perut yang sudah keroncongan, betapa excited (lagi!), ternyata ada gado-gado di lemari display. Jadi lah merayakan Idul Fitri di Belanda dengan santapan gado-gado!

Senin, 13 Agustus 2012

Nagari Taram

Aku mengalami deja vu, ada perasaan pernah datang ke sini seperempat abad yang lalu...

.

Aku mengenal "Nagari Taram" sejak masih teramat kecil, dari buku Bapak, kalau tidak salah judulnya "Sosiologi Pedesaan" karya Prof. Sayogya, lebih dari 25 tahun yang lalu. Buku itu banyak menjelaskan tentang konsep desa tatanan sosial pedesaan di Indonesia, salah satunya adalah Nagari yaitu desa dan tatanan sosial pedesaan Minang Kabau, dan sebagai studi kasus yang dijelaskan oleh Prof. Sayogya adalah Nagari Taram di Luhak Lima Puluh Kota - Sumatera Barat. Agak geli juga mengingat waktu aku sekecil itu melahap buku seberat sosiologi pedesaan

.

Tahun lalu kantor menugaskan ke Kabupaten Lima Puluh Kota. Dan tak disangka ternyata salah satu agenda yang disiapkan kolega di Kabupaten adalah kunjungan lapangan ke Nagari Taram. Here I am.....

Minggu, 08 Juli 2012

Nongkrong di Indische Koffie

Ketika traveling untuk urusan pekerjaan, bila harus menunggu penerbangan berjam-jam lamanya, jalan-jalan dan icip-icip kuliner lokal adalah cara terbaik untuk killing time.

Sejak masa saya kuliah dulu, Jogja di bulan Juni selalu sibuk dengan Festival Kesenian Yogyakarta, FKY, yang dipusatkan di Benteng Vredeburg. Juni lalu saya harus menunggu cukup lama untuk terbang kembali ke Jakarta. Penyebabnya adalah short notice dari kantor untuk memperpanjang tinggal di Yogya untuk mengikuti pertemuan lain, sudah tidak leluasa memilih penerbangan.

Niat awalnya hanya ingin mengunjungi museum dan pameran seni di Benteng Vredeburg, seperti dulu saya sering melakukannya ketika bulan Juni, di sela-sela ujian semester, sendirian, juga seperti yang dulu saya lakukan. Namun ketika memasuki gerbang benteng, sebuah kafe berlabel "Indische Koffie" di pojok bangunan bahagian depan menarik perhatian saya. Seingat saya, dulu tidak ada kafe di museum ini. Setelah saya cek pada pelayan kafe, ternyata memang kafe ini baru saja grand opening.

Menurut saya, kerjasama museum dengan pengusaha mengelola kafe bergaya Indisch seperti Indische Koffie ini, membuat museum jadi lebih menarik. Pengunjung tidak saja melihat-lihat koleksi museum, tapi juga bisa merasakan atmosfer masa kolonial di kafe, sambil rehat setelah berkeliling museum.

Jumat, 06 Juli 2012

Solo Nightlife

Nightlife menurut wikipedia adalah "the collective term for any entertainment that is available and more popular from the late evening into the early hours of the morning. It includes the public houses, nightclubs, discothèques, bars, live music, concert, cabaret, small theatres, small cinemas, shows, and sometimes restaurants a specific area may have; these venues often require cover charge for admission, and make their money on alcoholic beverages. Nightlife encompasses entertainment from the fairly tame to the risque to the seedy. Nightlife entertainment is inherently edgier than daytime amusements, and usually more oriented to adults, including "adult entertainment" in red-light districts".

Tapi Nightlife a la Solo yang saya maksud adalah menghabiskan malam dengan wedangan di HIK yang banyak tersebar di kota Solo. Wedangan adalah bahasa Jawa untuk minum-minum minuman panas (kopi, teh, jahe dll). Sedangkan HIK adalah warung gerobak kaki lima yang merupakan singkatan dari "hidangan istimewa a la kampung" atau kadang HIK juga disebut wedangan. Gerobag biasa ditutupi dengan kain terpal plastik dan bisa memuat sekitar 8 orang pembeli. Beroperasi mulai sore hari, mengandalkan penerangan tradisional yaitu senthir, dan juga dibantu oleh terangnya lampu jalan.

Wedangan yang direkomendasikan oleh seorang teman adalah HICK GAUL PAK MUL. Untuk itu, harus mengendara ke luar kota ke arah Tawang Mangu tepatnya di Karang Anyar. Masih dengan gaya HIK atau Wedangan Solo, tetapi dengan kata GAUL pada labelnya, menunjukkan bahwa Pak Mul si pemilik HIK melakukan improvisasi walaupun tidak terlalu melenceng dari pakem HIK. Bila di HIK umumnya menghidangkan Wedang Jahe (Jahe Hangat)atau Wedang Jahe Susu, Pak Mul punya beberapa varian Jahe, saya memilih OBH yaitu wedang jahe yang dicampur kencur dan perasan jeruk nipis dan gula batu sebagai pemanis.

Pak Mul juga sangat kreatif membuat istilah lucu untuk nama makanan/ minuman dan prosedur di warungnya. Seperti "Nasi Manten Anyar" untuk Nasi Tumpang - tumpang dalam bahasa Jawa dapat berarti tindih (menindih). Ada pula "Sayur Ganja" singkatan dari garang asem jamur. Ada lagi "Nasi Cucu Ikan Paus" untuk sebutan nasi kucing dengan lauk ikan teri. Seperti umumnya warung HIK, penjual biasa menawari untuk menambahkan minuman di gelas pelanggan yang hampir kosong. Dalam bahasa Jawa prosedur ini adalah dijokki, oleh Pak Mul diplesetkan menjadi Supir Jaran, karena Jokki memang terdengar sama dengan Joki. Sungguh menyenangkan menghabiskan malam di HIK Pak Mul, sambil menghabiskan malam ngobrol ngalor ngidul dengan teman-teman, diselingi humor Pak Mul yang mengocok perut.

<>

Killing Time in Lombok

Saat dinas luar kota, ketika harus kembali ke Jakarta umumnya harus buru-buru menuju bandara, tapi kali ini everything is running surprisingly well. Bahkan setelah makan siang yang dibikin sesantai mungkin, masih ada 3 jam waktu luang sebelum jadwal penerbangan.

Bandara Internasional Lombok yang baru cukup jauh dari pusat Kota Mataram. Posisinya di Lombok Tengah kali ini malah menguntungkan karena dekat dengan obyek wisata di Lombok Tengah. Maka Desa Wisata Sade dan Pantai Kuta menjadi pilihan untuk killing time sebelum boarding ke Jakarta.

Desa Sade, merupakan desa asli suku Sasak yang tatanan desa serta masyarakatnya hidup tradisi Sasak. Semua bangunan rumah, lumbung, masjid,dan balai pertemuan adalah bangunan asli Sasak. Karena dijadikan sebagai obyek wisata, desa ini menjadi desa wisata yang cenderung terkesan sebagai kumpulan kedai-kedai penjual souvenier. Perempuan Sasak baik tua maupun muda melakukan pemintalan benang dan menenun terkesan hanya untuk atraksi wisata, dan melakukannya bila ada permintaan dari pemandu wisata. Sayang sekali, kesan alaminya menjadi berkurang dan cenderung artifisial. Namun demikian, untuk kunjungan singkat, desa wisata ini cukup ideal untuk dikunjungi sekedar untuk mengetahui gambaran superfisial desa asli Sasak.

Pantai Kuta, pantai dengan deburan ombak laut selatan pulau Lombok. Karena berada di teluk, ombak laut selatan yang besar, memecah lebih kecil di pantai ini. Suasana pantai cukup tenang, dibanding pantai-pantai wisata di Bali. Namun kurang tertib akibat warung-warung yang kurang tertata serta pedagang asongan souvenir yang memaksa pengunjung untuk membeli dagangannya, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak. Keunikan pantai ini adalah pasirnya yang berbutir seperti merica.

Minggu, 29 April 2012

Nonton Orkestra Tradisional Vietnam

Gala Dinner diawali dengan Orkestra Tradisional Vietnam. Orkestra dimainkan oleh 5 orang gadis yang memainkan 6 instrumen secara bergantian, yaitu:
Dan Bau: instrumen petik 1 dawai
Dan Nguyet: instrumen petik 2 dawai
Dan Ty Ba: instrumen petik 4 dawai
Dan Tranh: instrumen petik 16 dawai (mirip kecapi)
T’rung: sejenis xylophone bambu, bunyinya mirip angklung

Sabtu, 28 April 2012

Saigon: Eat, Pray and Walk

Saigon adalah kota yang terkenal melalui film-film laga berlatar perang Vietnam. Saat ini secara resmi bernama Ho Chi Minh City, adalah kota industri dengan ciri Vietnam yang masih kentara berbaur dengan warisan kolonial Perancis. Nama Ho Chi Minh City menggantikan Saigon untuk menghormati Ho Chi Minh sebagai pemimpin revolusi serta tokoh penyatuan Vietnam Utara dan Vietnam Selatan. Patung Ho Chi Minh di depan House of People's Committee menjadi icon kota ini.
EAT: Pho Bo, Vietnam's National Dish. Pho Bo atau Mie Rebus Daging a la Vietnam mirip dengan soto daging tapi karena bening berpenampilan seperti bakso di Indonesia. Pho Bo khususnya populer sebagai menu sarapan pagi, tapi selalu tersedia untuk kapan saja dari pagi hingga tengah malam, dan di mana saja; hotel, restoran, warung, warung tenda hingga pedagang pikulan. Dua kali kunjungan saya ke Ha Noi sebelumnya, saya belum berkesempatan menikmati makanan ini karena tidak menemukan restoran halal. Tapi kali ini sebelum berangkat saya sempat blog walking dan menemukan banyak rekomendasi restoran halal. Yang menarik perhatian saya adalah Halal@Saigon, dengan beberapa alasan. Pertama, restoran ini menyajikan menu khas Vietnam (walaupun juga tersedia masakan Melayu). Kedua, sudah mendapat sertifikat halal dari Commission Board of Islam HCMC. Ketiga, lokasinya berseberangan dengan masjid. Di Halal@Saigon, untuk makan malam saya memesan Pho Bo dan Es Jeruk, total 100 Dong atau setara dengan Rp. 45.000, itu sudah termasuk gratis teh tawar vietnam dan hidangan pencuci mulut. Enak, murah, bersih dan yang utama halal. Bila anda ingin menikmati kuliner Vietnam yang halal, saya merekomendasikan Halal@Saigon. Saya pernah mencoba makan di restoran berlabel halal lainnya yaitu VN.Halal, selama dua malam berturut-turut saya memesan Pho Bo tetapi tidak tersedia. Restoran VN.Halal ini didominasi rombongan turis Malaysia dan daftar menu didominasi oleh Masakan Melayu.
PRAY: Masjid Jamia Al Muslimin. Seperti hal nya di Ha Noi, Masjid ini juga dibangun oleh komunitas muslim India, tentu saja dengan arsitektur India. Karena berada di jalan Dong Du, masjid ini juga dikenal dengan nama Dong Du Mosque. Saya berkesempatan shalat Maghrib dan Isya di masjid ini, sebelum bersantap malam di Halal@Saigon di seberangnya. Jamaah shalat Maghrib dan Isya' dari beragam suku bangsa, ada keturunan India dan anak benua Asia Selatan, Arab, Melayu dan ada juga yang berwajah khas Vietnam. Shalat berjamaah di masjid di negara komunis yang umat Islam merupakan minoritas, adalah pengalaman relijius yang berkesan.
WALK: Landmark of Saigon. Gedung-gedung tua warisan kolonial Perancis masih bertahan sebagai landmark kota Ho Chi Minh, terselip di antara gedung-gedung modern. Walaupun tidak terlalu bagus, trotoar di kota ini cukup nyaman untuk berjalan kaki menikmati atmosfer kota di petang dan malam hari. Di District 1, yang merupakan pusat kota sekaligus kota lama Saigon ada beberapa landmark yang menarik untuk dikunjungi, yaitu House of People's Committee, Opera House dan Ben Than Market.

Jumat, 30 Maret 2012

24 Jam di Lijiang



LIJIANG kota di Provinsi YUNAN - CINA, dimulai dengan perjalanan 12 jam dari Bandara Soekarno Hatta, termasuk waktu transit di Guangzhou. Masih ada waktu istirahat sebelum menghadiri One Day Meeting keesokan harinya, dan setelah Meeting usai di petang hari langsung ke Bandara untuk kembali ke tanah air. Hanya 24 jam di Lijiang, praktis tidak ada waktu untuk jalan-jalan. Menikmati Kota Lijiang hanya melalui jendela taxi...




Kota Tua, salah satu obyek wisata andalan Lijiang


Kawasan pertokoan modern, tetap dengan nuansa tradisional Cina


Oleh-olehnya cuma ini: Stempel Imigrasi dan Boarding Pass

Minggu, 26 Februari 2012

Pelita



Kampung Jao - Teluk Kuantan, 1989 - 1992

[Masa-masa SMA]

Tiada keluh kesah karena aliran listrik tiada ,
belajar saja dengan cahaya pelita.
Aku jauh lebih beruntung daripada mereka yang harus meninggalkan bangku sekolah,
Setidaknya masih ada asa...