Tapi Nightlife a la Solo yang saya maksud adalah menghabiskan malam dengan wedangan di HIK yang banyak tersebar di kota Solo. Wedangan adalah bahasa Jawa untuk minum-minum minuman panas (kopi, teh, jahe dll). Sedangkan HIK adalah warung gerobak kaki lima yang merupakan singkatan dari "hidangan istimewa a la kampung" atau kadang HIK juga disebut wedangan. Gerobag biasa ditutupi dengan kain terpal plastik dan bisa memuat sekitar 8 orang pembeli. Beroperasi mulai sore hari, mengandalkan penerangan tradisional yaitu senthir, dan juga dibantu oleh terangnya lampu jalan.
Wedangan yang direkomendasikan oleh seorang teman adalah HICK GAUL PAK MUL. Untuk itu, harus mengendara ke luar kota ke arah Tawang Mangu tepatnya di Karang Anyar. Masih dengan gaya HIK atau Wedangan Solo, tetapi dengan kata GAUL pada labelnya, menunjukkan bahwa Pak Mul si pemilik HIK melakukan improvisasi walaupun tidak terlalu melenceng dari pakem HIK. Bila di HIK umumnya menghidangkan Wedang Jahe (Jahe Hangat)atau Wedang Jahe Susu, Pak Mul punya beberapa varian Jahe, saya memilih OBH yaitu wedang jahe yang dicampur kencur dan perasan jeruk nipis dan gula batu sebagai pemanis.
Pak Mul juga sangat kreatif membuat istilah lucu untuk nama makanan/ minuman dan prosedur di warungnya. Seperti "Nasi Manten Anyar" untuk Nasi Tumpang - tumpang dalam bahasa Jawa dapat berarti tindih (menindih). Ada pula "Sayur Ganja" singkatan dari garang asem jamur. Ada lagi "Nasi Cucu Ikan Paus" untuk sebutan nasi kucing dengan lauk ikan teri. Seperti umumnya warung HIK, penjual biasa menawari untuk menambahkan minuman di gelas pelanggan yang hampir kosong. Dalam bahasa Jawa prosedur ini adalah dijokki, oleh Pak Mul diplesetkan menjadi Supir Jaran, karena Jokki memang terdengar sama dengan Joki. Sungguh menyenangkan menghabiskan malam di HIK Pak Mul, sambil menghabiskan malam ngobrol ngalor ngidul dengan teman-teman, diselingi humor Pak Mul yang mengocok perut.
<>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar