Minggu, 06 Desember 2009

Cerita Bintaran (1)

Ini sepenggal cerita tentang Kampung Bintaran (walaupun berada ditengah kota, warga setempat lebih suka menyebutnya kampung – yang resminya merupakan sebuah RW), di mana saya pernah singgah selama 3 tahun. Akhiran –an dalam bahasa Jawa dapat berarti tempat. Misalnya Surokarsan berarti perkampungan prajurit Surokarso. Bintaran berarti tempat tinggal Bintoro. Ya. Sebelum berkembang menjadi pemukiman Indisch, Bintaran dikenal sebagai kediaman Bendara Pangeran Haryo Bintoro, salah satu keluarga Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Ndalem Mandara Giri, kediaman sang pangeran masih berdiri hingga saat ini.

Pada masa Kolonial Belanda, Bintaran pernah menjadi pemukiman Indische. Diperkirakan dimulai awal abad XX. Seperti halnya kampung Indische lainnya, Bintaran dihiasi dengan bangunan-bangunan yang berarsitektur khas Eropa yang masih dapat dijumpai hingga saat ini.

Rumah bergaya Indisch di Bintaran Tengah

Bangunan bergaya Indisch di Bintaran Wetan (Sekarang Museum Soedirman)

Selain bangunan dan sejarahnya, Bintaran juga dikenal dengan pesona lain, yaitu kuliner. Yang cukup terkenal adalah Bakmi Kadin yang berlokasi di Bintaran Kulon, dan Gudeg Permata di Bintaran Lor.

Bintaran juga boleh disebut miniatur Indonesia. Bintaran merupakan rumah bagi mahasiswa asal daerah lain di Indonesia: di sini berdiri Asrama Putera Riau, Asrama Puteri Bundo Kanduang Sumatera Barat, Asrama Putera Sulawesi Tengah, Asrama Mahasiswa Prov. Sulawesi Selatan (Wisma Sawerigading), dan Asrama Putera – Puteri Rahadi Osman Kalimantan Barat serta tentu saja rumah indekost yang tersebar di kampung Bintaran.

Uniknya, kawasan elit (paling tidak pernah menjadi kawasan elit awal abad XX) Bintaran bersebelahan langsung dengan perkampungan pinggir kali Code - lebih dikenal dengan Ledok Code - yang menjadi tempat tinggal bagi "wong cilik", tanpa sekat pemisah, secara fisik maupun sosial. Mbah Sum, pengasuh Megawati Sukarnoputri ketika Bung Karno mengungsi ke Jogja, tinggal di sini. Baca: http://regional.kompas.com/read/xml/2009/06/24/18265912/mega.temui.pengasuhnya.di.yogya

Latar belakang sejarah dan realitas saat ini membuat Bintaran menjadi tempat yang unik dan spesial (setidaknya bagi saya pribadi). Singgah di sana selama 3 tahun merupakan pengalaman luar biasa dalam hidup saya.

2 komentar:

Admin mengatakan...

di teluk kuantan dah hancur smua Ngah... tinggal batu bata, tapi ini pniggalan krajaan Kandis dan Kuantan, bisa liat postinganya di sungaikuantan.com dgn title Kerajaan Koto Alang.

Ison Idris mengatakan...

@Nan Limo: Sisa-sia pun jadi lah, asal dirawat dengan baik. Thanks sudah singgah