Tribute to Mr Sayuti Kamal (guru bahasa Inggris saya di SMPN 2 Air Molek) dan Ms Sasti Karmiyani (guru bahasa Inggris saya di SMAN Teluk Kuantan).
Secara formal saya belajar Bahasa Inggris hanya di SMP dan SMA. Lumayan, 6 tahun, itu pun di sekolah kampung di pedalaman Riau sana. Selebihnya belajar sendiri dari membaca buku. Tak pernah ikut kursus di luar itu. Unfortunately, di universitas juga tidak dapat mata kuliah bahasa Inggris. Karena kurang terlatih, speaking dan listening saya agak kurang berkembang.
Mengawali karir sebagai field officer, melayani petani small holder di pedalaman Riau selama 3 tahun dan kemudian sebagai instructor di universitas (juga di Riau) selama 2 tahun. Pekerjaan saya saat itu hampir tidak menuntut kemampuan bahasa Inggris. Akhirnya saya bergabung dengan Departemen tempat saya bekerja saat ini. Surprised, baru beberapa minggu bekerja di kantor pusat di Jakarta, saya sudah dipercaya menjadi counterpart bagi expert asal Australia (yang tidak menguasai Bahasa Indonesia) untuk suatu tugas lapangan selama 2 pekan di Bali, Lombok dan Makasar. Honestly, saya mohon maaf kepada si Bule bahwa saya mungkin akan sedikit menyulitkan dia dengan bahasa Inggris saya yang sangat tidak baik. Surprised dengan responnya, dia bilang “You are better than me!” "kamu berbahasa Indonesia dan menguasai English dengan baik, sementara saya berbahasa Inggris tidak mengusasi Bahasa Indonesia sama sekali". Pengalaman ini yang membuat saya PD berbahasa Inggris, walaupun dengan banyak keterbatasan. English memang bukan bahasa kita, tidak perlu takut salah, kalau salah atau kurang tepat wajar saja, wong bukan bahasa kita.
Dalam beberapa kali perjalanan ke luar negeri, mengikuti meeting/ conference/ training, saya sering menemukan peserta dari non-English speaking countries yang kemampuan bahasa Inggrisnya jauh lebih buruk dari saya. Sekali lagi ini bikin PD (jeleknya kadang bikin males belajar untuk improve, karena merasa sudah cukup).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar