Rabu, 25 November 2009

Cairns: Backpacking

Business hour: convention

Pleasure: jalan-jalan sore

Godaan untuk backpacking timbul ketika saya mendapat tugas kantor untuk mengikuti pre-conference workshop pada suatu konferensi ilmiah perhimpunan internasional epidemiologi dan ekonomi veteriner di Cairns Queensland pada pertengahan 2006. Sponsor hanya membiayai pre-conference workshop, padahal konferensi utamanya jauh lebih menarik untuk diikuti, artinya perlu extend tinggal di Cairns. Untung saja sponsor membebaskan peserta untuk meng-organize sendiri akomodasi di Cairns, dan biaya akomodasi dapat diambil di kantor perwakilan mereka di Jl. Thamrin.

Saya mendapat info dari sahabat yang sedang sekolah di Australia, bahwa Cairns merupakan kota wisata dan banyak penginapan murah. Setelah browsing sana-sini saya menemukan backpacker hostel dengan harga yang sangat murah, dan memesan kamar untuk beberapa hari di Cairns. Budget dari sponsor yang cuma cukup untuk akomodasi selama pre-conference worshop , bisa buat bayar kamar lebih lama di backpacker hostel.

Lelucon terjadi di Imigrasi di Bandara Cairns. Petugas imigrasi berulang-ulang menanyakan apa jenis passport saya dan di mana saya akan tinggal. Padahal jenis passport sudah tertera di buku passport sedangkan alamat di Cairns sudah saya tulis dengan jelas di form imigrasi. Kenapa petugas imigrasi jadi bingung??? Hehehe mungkin... emang nggak lazim ada official suatu negara yang menggunakan passport dinas, nginap di backpacker hostel. Oh Ibu Pertiwi...maafkan anakmu telah menjatuhkan citra PNS negaraku di depan petugas imigrasi negara lain...

Hostel

Dapur umum: namanya juga hostel, kudu nyiapin sarapan sendiri, di sini tempatnya

Asian Food Store: next door to hostel - Indomie(TM), telur, sarden: beli disini

Hostel adalah tempat penginapan para backpackers dimana satu kamar terdiri dari beberapa tempat tidur, biasanya model tempat tidur bertingkat (bunk bed), ini definisinya Trinity si ratu backpacker. Di hostel yang saya tumpangi, kamar atau dorm berkapasitas 4 orang: ada satu bunk bed dan dua dipan single. Dasar culun tadinya saya tidak tahu kalo di kamar hostel yang saya tumpangi gabungan cewek dan cowok dalam 1 kamar. Waktu kami masuk (saya dan seorang co-participant dari Jakarta) sudah ada seorang cowok - ABK kapal nelayan Newzealand, kemudian pada malam kedua masuk mahasiswi asal Sydney. Inilah pengalaman pertama (dan terkahir) saya tidur sekamar dengan perempuan bukan mukhrim (katanya sih kalau sama-sama tidur doesn't matter, yang masalah kalo sama-sama bangun hahaha).

Dasar culun juga, saya nggak ngebayangin hostel itu akan sangat brisik. Di dekat resepsionis ada bar tempat tamu-tamu ngumpul-ngumpul dan berpesta sepanjang malam dengan suara hingar bingar. Belum lagi room mate yang balik ke kamar dalam keadaan mabok. Lain kali kalo nginap di hostel lagi, saya mau bawa ear protectors kayak yang dipake petugas parkir pesawat di bandara, biar bisa tidur nyenyak.

4 komentar:

Anonim mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Anonim mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Anonim mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Anonim mengatakan...

apakah di Bandara Soekarno Hatta, ga ditanya surat penugasan dari kantor ato surat dari setnegnya?

Saya pengen jalan juga ke Singapore pake paspor biru tapi takutnya bermasalah.