Saya selalu menikmati tugas ke daerah untuk pekerjaan lapangan, karena bisa bekerja sambil mengenali masyarakat dan budaya lokal. Awal 2008 saya ditugaskan kantor ke Pulau Sumba. Saya beruntung punya teman sekelas waktu kuliah di Jogja yang sekaligus menjadi counterpart saya untuk urusan pekerjaan itu. Perfect! Di sela-sela pekerjaan, dia dengan senang hati mengantar saya ke Kampung Merapu, kampung asli orang Sumba. Tidak perlu membayar guide, dia sangat menguasai sejarah dan budaya Sumba.
Rumah adat yang unik dan kubur batu megalitikum
Di kampung asli dapat dijumpai rumah adat Sumba. Atap rumah yang berbahan rumput ilalang kebanyakan menjulang tinggi. Ketinggian atap menunjukkan strata pemiliknya dalam adat. Aturan ini dijaga ketat hingga sekarang. Walaupun orang kaya, tetapi bila stratanya dalam adat rendah, mereka tidak boleh memiliki atap rumah yang menjulang. Uniknya, dapur dalam rumah sumba berada di bagian tengah. Di lingkungan rumah adat terdapat sisa-sisa kebudayaan megalitik yaitu kubur batu yang sudah berusia ratusan atau mungkin ribuan tahun.
Jadwal penerbangan yang aneh
Saya masuk ke Sumba Barat melalui Bandara Tambolaka. Penerbangan dari Bandara Tambolaka ke Bandara maumere di pulau Flores sudah confirmed. Tapi sehari sebelum jadwal, pagi-pagi saya ditelpon pihak airlines bahwa jadwal penerbangan yang sudah saya pesan dibatalkan. Airlines menawarkan untuk terbang hari itu juga dari Bandara Waingapu di Sumba Timur. Untuk itu saya harus melakukan perjalanan darat melintasi Pulau Sumba selama sekitar empat jam mengejar penerbangan pukul 14.00. Keanehan jadwal penerbangan ternyata masih berlanjut. Karena alasan teknis ternyata pilot tidak mengarahkan pesawat ke Bandara Maumere, tetapi dialihkan ke Bandara Eltari Kupang di pulau Timor dan para penumpang diinapkan semalam di hotel di kota Kupang. Baru keesokan harinya para penumpang tujuan Maumere di terbangkan. Jadwal penerbangan yang saya pesan adalah Tambolaka – Maumere (direct) tetapi kenyataannya menjadi Tambolaka – (via darat) Waingapu – Kupang – Maumere. What a terrible flight schedule! Tapi tidak rugi juga karena bisa menikmati pemandangan alam Sumba, terutama sabana yang membentang luas.
Kredit foto http://sumbaisland.com/
(Dokumentasi selama perjalanan di Sumba hilang gara-gara disimpan di bagasi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar