Conference lagi, artinya jalan-jalan gratis lagi...
Kali ini saya menghadiri scientific meeting di Atlanta negara bagian Georgia AS. April adalah musim semi di bumi belahan utara. Menurut saya, waktu terbaik mengunjungi wilayah beriklim subtropis seperti Atlanta adalah musim semi seperti sekarang. Pertama, karena suhu tidak terlalu dingin tetapi juga tidak panas. Kedua, kita bisa menikmati pemandangan khas musim semi, bunga-bunga bermekaran dan pohon-pohon didominasi pucuk hijau. Terlebih bila matahari bersinar cerah, nyaman dan indah sekali.
Memory saya tentang Atlanta yang paling awal adalah Olimpiade Atlanta tahun 1996. Nah, disela cenference tempat pertama yang saya kunjungi adalah Centennial Olympic Park di pusat kota Atlanta. Taman ini dibangun dalam rangka Olimpiade 1996, dan kemudian berfungsi sebagai alun-alun kota seperti tempat penyelenggaraan pesta kembang api atau festival musik musim panas.
Hanya beberapa langkah dari Centennial Olympic Park, kita bisa mampir ke CNN Center (yang merupakan kantor pusat CNN global) yang terbuka dan gratis untuk umum. Kita juga bisa mengikuti Inside CNN Studio Tour. Dengan membayar $16 kita bisa menyaksikan di balik layar proses produksi dan penyiaran.
Bersebelahan dengan Centennial Olympic Park ada The World of Coca-Cola yang merupakan ruang pamer permanen seperti museum yang memamerkan sejarah The Coca-Cola Company beserta memorabilia Coca-Cola sepanjang zaman. Pengunjung juga dapat mencicipi aneka produk Coca-Cola. Untuk menikmati itu semua kita harus membeli tiket $16. Kantor pusat The Coca-Cola Company memang berada di Atlanta.
Kita bisa juga mengunjungi bagian The World of Coca-Cola yang bisa diakses umum secara gratis, saya memilih yang ini. Tempat ini juga disebut Pemberton Place untuk mengenang John Pemberton sang inventor dari Coca-Cola. Saya tidak terlalu suka Coca-Cola dan soft drink umumnya. Saya lebih tertarik dengan sosok Dr John Pamberton, seorang apoteker yang mengabdi sebagai Letnan Kolonel di Angkatan Darat. Karena terluka di medan perang, ia kemudian kecanduan morfin yang digunakan sebagai penghilang nyeri masa itu. Sebagai apoteker ia kemudian meneliti untuk mencari alternatif penghilang nyeri untuk menggantikan morfin. Penelitian ini yang kemudian berujung pada penemuan formula minuman yang dijual bebas dan menjadi bisnis yang menggurita secara global. Nah, saya menyempatkan "foto bareng" dengan John Pemberton.
Sabtu, 25 April 2015
Kamis, 22 Januari 2015
Paris: Tour Eiffel
Setiap hari saya mengikuti training di kelas sehari penuh, berakhir pukul 6 malam.
Pada hari pertama selepas kelas, malamnya ada cocktail reception oleh tuan rumah. Sebenarnya ingin kabur jalan-jalan, tapi demi garuda di dada ku - menjaga nama baik negara, tetap saja memaksa diri untuk hadir dan mencicipi makanan (yang kata tuan rumah dijamin halal) - ngobrol - dan minumnya coke saja.
Pada hari kedua selepas kelas, saya bergegas ke Stasiun Monceau untuk naik metro ke menara Eiffel. Ini kali pertama saya ke Paris, mungkin suatu saat nanti kembali ke Paris, tapi kesempatan ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mengunjungi icon kota Paris, menara Eiffel. Saya check di laman web, menara Eiffel buka hingga hampir tengah malam. Siangnya di kelas, saya sempat curi-curi browsing rute metro ke menara eiffel. Rute yang disarankan google map, seperti biasa selalu sangat membantu. Malu bertanya, buka google map, demikian kata pepatah :)
Nah, ini rute dari kantor OIE.
Menara Eiffel pada malam hari bermandi cahaya, segera terlihat begitu keluar dari stasiun metro. Karena bepergian sendiri, timer di kamera ipad pun dimaksimalkan fungsinya untuk selfie :) Here I am.
Menara Eiffel itu mirip MONAS - dengan membeli tiket - pengunjung bisa naik ke atas menara. Saya membeli tiket seharga 9 Euro untuk naik ke lantai 2. Sebenarnya pengunjung bisa naik hingga ke puncak menara dengan membeli tiket khusus, tetapi saat ini akses ke puncak menara tidak dibuka karena ada pekerjaan pemeliharaan.
Dari lantai 2 menara Eiffel saya bisa memandang kota Paris yang bermandikan cahaya pada malam hari. Seperti ini:
Pada hari pertama selepas kelas, malamnya ada cocktail reception oleh tuan rumah. Sebenarnya ingin kabur jalan-jalan, tapi demi garuda di dada ku - menjaga nama baik negara, tetap saja memaksa diri untuk hadir dan mencicipi makanan (yang kata tuan rumah dijamin halal) - ngobrol - dan minumnya coke saja.
Pada hari kedua selepas kelas, saya bergegas ke Stasiun Monceau untuk naik metro ke menara Eiffel. Ini kali pertama saya ke Paris, mungkin suatu saat nanti kembali ke Paris, tapi kesempatan ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mengunjungi icon kota Paris, menara Eiffel. Saya check di laman web, menara Eiffel buka hingga hampir tengah malam. Siangnya di kelas, saya sempat curi-curi browsing rute metro ke menara eiffel. Rute yang disarankan google map, seperti biasa selalu sangat membantu. Malu bertanya, buka google map, demikian kata pepatah :)
Nah, ini rute dari kantor OIE.
Menara Eiffel pada malam hari bermandi cahaya, segera terlihat begitu keluar dari stasiun metro. Karena bepergian sendiri, timer di kamera ipad pun dimaksimalkan fungsinya untuk selfie :) Here I am.
Menara Eiffel itu mirip MONAS - dengan membeli tiket - pengunjung bisa naik ke atas menara. Saya membeli tiket seharga 9 Euro untuk naik ke lantai 2. Sebenarnya pengunjung bisa naik hingga ke puncak menara dengan membeli tiket khusus, tetapi saat ini akses ke puncak menara tidak dibuka karena ada pekerjaan pemeliharaan.
Dari lantai 2 menara Eiffel saya bisa memandang kota Paris yang bermandikan cahaya pada malam hari. Seperti ini:
Paris: Parc Monceau
Selama training di kantor pusat OIE, saya berangkat dan pulang menggunakan metro. Stasiun metro yang terdekat dengan kantor OIE adalah Stasiun Monceau. Di dekat stasiun ini ada taman yang terbuka untuk publik, Parc Monceau, atau Taman Monceau. Taman ini berada persis di persimpangan Boulevard de Courcelles, Rue de Prony dan Rue Georges Berger.
Nah, berhubung selama training tidak disediakan makan siang, saya harus membeli makan siang sendiri. Saya membeli sandwich halal dan jus buah di kedai dekat kantor OIE dan menikmatinya di Parc Monceu ini.
Sambil menikmati makan siang di kursi taman, kita bisa mengamati gaya hidup warga paris di taman ini. Banyak yang jogging lengkap dengan pakaian olahraga, ada yang dengan pakaian kantoran mengobrol dengan rekan sekantor, ada yang sendirian makan (seperti saya), mengobrol di telepon seluler atau asyik membaca. Di wikipedia saya menemukan ternyata taman ini cukup tua dan bersejarah - didirikan oleh Phillippe d'Orléans, Duke of Chartres, sepupu King Louis XVI, seorang yang kaya raya dan aktif di dunia politik dan kemasyarakatan. Lahan dibeli pada tahun 1769 - kemudian pembangunannya dimulai tahun 1778, dengan perancang Louis Carrogis Carmontelle.
Duduk di taman berlama-lama di udara musim dingin sekitar 2^ C tidak nyaman. Lebih baik jalan-jalan keliling sambil menikmati keindahan taman dan menghangatkan tubuh.
Nah, berhubung selama training tidak disediakan makan siang, saya harus membeli makan siang sendiri. Saya membeli sandwich halal dan jus buah di kedai dekat kantor OIE dan menikmatinya di Parc Monceu ini.
Sambil menikmati makan siang di kursi taman, kita bisa mengamati gaya hidup warga paris di taman ini. Banyak yang jogging lengkap dengan pakaian olahraga, ada yang dengan pakaian kantoran mengobrol dengan rekan sekantor, ada yang sendirian makan (seperti saya), mengobrol di telepon seluler atau asyik membaca. Di wikipedia saya menemukan ternyata taman ini cukup tua dan bersejarah - didirikan oleh Phillippe d'Orléans, Duke of Chartres, sepupu King Louis XVI, seorang yang kaya raya dan aktif di dunia politik dan kemasyarakatan. Lahan dibeli pada tahun 1769 - kemudian pembangunannya dimulai tahun 1778, dengan perancang Louis Carrogis Carmontelle.
Duduk di taman berlama-lama di udara musim dingin sekitar 2^ C tidak nyaman. Lebih baik jalan-jalan keliling sambil menikmati keindahan taman dan menghangatkan tubuh.
Paris: 12, rue de Prony
Tiba juga masanya saya berada di sini: 12, rue de Prony. 75017 Paris, France. Sejak 11 tahun yang lalu, hari pertama di DITKESWAN, saya perlahan-lahan menjadi familiar dengan alamat itu. Tugas saya sehari-hari menyiapkan konsep surat dinas yang ditujukan kepada OIE, atau memonitor situasi penyakit hewan dunia melalui website OIE, dan dengan berjalannya waktu kemudian melibatkan diri secara langsung dengan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan OIE di sub regional Asia Tenggara dan regional Asia Pasifik. Dan pekan ini, saya berada di kantor pusat OIE untuk training selama 3 hari.
Sebagai dokter hewan yang memulai karir di lapangan - di garda depan pengendalian penyakit hewan, kemudian meniti karir sebagai veterinary officer, menjejakkan kaki di kantor pusat OIE dan berada di ruangan dimana keputusan-keputusan penting di bidang kesehatan dunia tingkat global dibuat, saya merasa sangat terberkati.
Sebagai dokter hewan yang memulai karir di lapangan - di garda depan pengendalian penyakit hewan, kemudian meniti karir sebagai veterinary officer, menjejakkan kaki di kantor pusat OIE dan berada di ruangan dimana keputusan-keputusan penting di bidang kesehatan dunia tingkat global dibuat, saya merasa sangat terberkati.
Langganan:
Postingan (Atom)